Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Narasi Liar: Ketika Hutan Bicara dan Manusia Mulai Mendengar

Selasa, 02 Desember 2025 | Desember 02, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-12-03T01:04:47Z

 



Alam raya sejak mula hidup dalam harmoni.
Akar-akar tua menahan tanah agar tidak runtuh, pepohonan tumbuh memberi nafas, sungai mengalir sebagai nadi kehidupan.
Semua saling melengkapi, saling menjaga, saling menghidupi — tanpa pernah menuntut apa pun dari manusia.

Namun manusia, dengan segala kecerdikan yang ia banggakan, melangkah terlalu jauh.
Demi kekayaan, demi angka-angka ekonomi yang memukau, demi janji kesejahteraan yang tidak selalu terbukti, hutan-hutan dibabat.
Gunung digali, tanah dikuras, dan bumi dibiarkan telanjang.
Kita menjadi saksi betapa kerakusan bisa menjadi bencana yang tampak wajar pada mulanya.

Padahal, kita sesungguhnya sudah bisa sejahtera.
Kita bisa jaya tanpa korupsi.
Kita bisa makmur tanpa harus mengorbankan paru-paru bumi.
Maka muncul pertanyaan yang menggantung di udara:
Mengapa eksploitasi masih dilakukan terus-menerus?

Dimana suara para penjaga kehutanan?
Dimana posisi kementerian yang seharusnya melindungi lingkungan?
Pertanyaan ini tidak sekadar sindiran — ia adalah kepedihan yang diungkapkan rakyat yang peduli.

Kerusakan yang terjadi mungkin bukan hanya kesalahan sistem, melainkan ulah manusia yang memilih untuk tidak peduli.
Dan ketika alam mulai mengamuk — banjir, longsor, kekeringan, badai — kita menyadari bahwa keseimbangan bukan sekadar konsep, tapi kebutuhan hidup.

Namun harapan tidak pernah benar-benar padam.

Sebagai warga negara yang sadar, kami dari Komunitas TBM Rumah Nalar memilih untuk tidak hanya mengeluh.
Kami turun tangan, mengajak masyarakat menyadari pentingnya keberlanjutan lingkungan.
Kami membangun kebun literasi, merintis konsep ekoliterasi, dan menghadirkan agrowisata mini sebagai ruang belajar yang menghubungkan manusia dengan alam.

Ini adalah ikhtiar kecil, namun kami yakin:
Ketika manusia bersikap ramah, alam pun akan kembali melindungi.
Ketika manusia berhenti merusak, alam akan kembali tumbuh.
Ketika kita menyelaraskan langkah, maka bumi akan kembali bernapas lega.

Karena pada akhirnya, manusia dan alam bukan musuh — kita hanya lupa bagaimana hidup berdampingan.
Sudah saatnya kita belajar kembali, sebelum segalanya terlambat.

×
Berita Terbaru Update