Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Alas Pikir Terbentuknya Rumah Nalar

Jumat, 25 Januari 2019 | Januari 25, 2019 WIB | 0 Views Last Updated 2022-06-30T02:51:09Z
Abdul Haris Mubarak (Ketua Tbm Rumah Nalar)

Pendidikan merupakan upaya mengubah keadaan seseorang dari keadaan biasa-biasa saja menjadi luar biasa (lebih baik) atau keadaan yang kurang baik menjadi lebih baik. Indikator yang di ubah setidaknya memenuhi; 1) Mental, 2) Gerak atau Karya dan 3) Pengetahuan atau kemampuan Penalaran. (AHM: 2014)

Poin yang paling penting untuk dimantapkan atau di ubah pada peserta didik adalah mentalnya seperti kedisiplinan, ketaatan pada aturan, kerajinan, membudayakan antri, hidup bersih, Kejujuran, menghargai sesama, merawat lingkungan dan lain-lain. Yang paling penting untuk digaris bawahi adalah bahwa “Orang dididik untuk memperbaiki mentalnya”.

Produktivitas Kekaryaan atau amal sholeh juga merupakan tujuan pendidikan. Orang dididik untuk memperbaiki karya-karyanya, baik dalam bentuk pelayanan, jasa maupun dalam menciptakan karya yang lebih baik dan lebih bermanfaat. Tujuan pendidikan salah satunya adalah untuk memerbaiki amalan seseorang sehingga tujuan pendidikan adalah  “memperbaiki perbuatan maupun tingkah lakukanya”.

Poin ke tiga yang menjadi tujuan pendidikan adalah memperbaiki nalar atau pengetahuan seseorang dari keadaan kurang baik menjadi lebih baik, dari tidak tau menjadi tau, dari kurang mengerti menjadi lebih mengerti. Poin ke-3 inilah yang ditempatkan pada posisi pertama di sebagian besar lembaga pendidikan formal di Indonesia, yaitu menempatkan kemampuan nalar dan pengetahuan pada posisi pertama dibanding kemampuan amal sholeh (karya) dan mental peserta didik. Berbeda di Jepang yang mengutamakan perbaikan mental dan penanaman nilai-nilai budaya luruh mereka dibanding pendalaman pengetahuan. Bahkan di Jepang, pendidikan yang paling di utamakan adalah Perbaikan Mental sehingga warga negara jepang memberlakukan pembinaan mental yang lebih utama. Meski Negeri Jepang lebih mengutamakan pendidikan mental namun negara tersebut juga sangat unggul dalam berkarya dan produksi pengetahuan untuk tingkatan internasional.

Menyadari hal tersebut, sebagai bagian dari warga Negara yang melihat kondisi masyarakat di sekitar tempat tinggal kami di Kecamatan Rilau Ale, bahwa masih banyak warga yang buta aksara sehingga penting untuk mendapatkan sentuhan program pengentasan buta aksara. Selain itu, agar anak-anak lebih terarah dalam pergaulan maka dibuatkan sarana berbain yang dengan pendekatan yang lebih mendidik. Kondisi lain yang membutuhkan pendidikan adalah petani, buruh dan masyarakat umum agar lebih baik dalam berkarya (praktek), berpengetahuan dan yang paling penting adalah lebih semangat dan lebih giat untuk bekerja. (AHM)

Selama ini masyarakat hanya diberikan pelatihan dan pendidikan untuk mengenal huruf-huruf hija’iyah dan kemampuan baca al-Qur’an namun karena kami menyadari bahwa di Kecamatan kami masih banyak pokok poin yang lebih penting untuk diperhatikan sehingga pemahaman sejatinya lebih dikembangkan juga untuk warga sekitar, tidak hanya terbatas pada kemampuan membaca al-Qur’an.

Dari masalah tersebut, kami dari unsur pemuda Kabupaten Bulukumba mengupayakan konsep pendidikan non formal melalui Rumah Nalar untuk beberapa fungsi antara lain; Taman Bacaan Masyarakat, Lembaga Kajian Keilmuan, Taman Pendidikan Islam untuk Anak, pelatihan kekaryaan untuk seluruh lapisan masyarakat desa. Tujuannya antara lain; perbaikan mental anak, pemantapan kekaryaan dan pengentasan buta aksara.

 

Baca juga :

1.       Alas Pikir Pembentukan Rumah Nalar

2.       Konsep Bangunan Rumah Nalar

3.       Landasan Hukum Rumah Nalar

4.       Lokasi dan Struktur Lembaga

                    5.       Tujuan dan Sasaran Program

×
Berita Terbaru Update