Pendidikan merupakan upaya
mengubah keadaan seseorang dari keadaan biasa-biasa saja menjadi luar biasa
(lebih baik) atau keadaan yang kurang baik menjadi lebih baik. Indikator yang di
ubah setidaknya memenuhi; 1) Mental, 2) Gerak atau Karya dan 3) Pengetahuan
atau kemampuan Penalaran. (AHM: 2014)
Produktivitas Kekaryaan atau amal sholeh juga merupakan
tujuan pendidikan. Orang dididik untuk memperbaiki karya-karyanya, baik dalam
bentuk pelayanan, jasa maupun dalam menciptakan karya yang lebih baik dan lebih
bermanfaat. Tujuan pendidikan salah satunya adalah untuk memerbaiki amalan
seseorang sehingga tujuan pendidikan adalah “memperbaiki perbuatan maupun tingkah
lakukanya”.
Poin ke tiga yang menjadi tujuan pendidikan adalah
memperbaiki nalar atau pengetahuan seseorang dari keadaan kurang baik menjadi
lebih baik, dari tidak tau menjadi tau, dari kurang mengerti menjadi lebih
mengerti. Poin ke-3 inilah yang ditempatkan pada posisi pertama di sebagian
besar lembaga pendidikan formal di Indonesia, yaitu menempatkan kemampuan nalar
dan pengetahuan pada posisi pertama dibanding kemampuan amal sholeh (karya) dan
mental peserta didik. Berbeda di Jepang yang mengutamakan perbaikan mental dan
penanaman nilai-nilai budaya luruh mereka dibanding pendalaman pengetahuan.
Bahkan di Jepang, pendidikan yang paling di utamakan adalah Perbaikan Mental
sehingga warga negara jepang memberlakukan pembinaan mental yang lebih utama.
Meski Negeri Jepang lebih mengutamakan pendidikan mental namun negara tersebut
juga sangat unggul dalam berkarya dan produksi pengetahuan untuk tingkatan
internasional.
Menyadari hal tersebut, sebagai bagian dari warga Negara
yang melihat kondisi masyarakat di sekitar tempat tinggal kami di Kecamatan
Rilau Ale, bahwa masih banyak warga yang buta aksara sehingga penting untuk
mendapatkan sentuhan program pengentasan buta aksara. Selain itu, agar anak-anak
lebih terarah dalam pergaulan maka dibuatkan sarana berbain yang dengan
pendekatan yang lebih mendidik. Kondisi lain yang membutuhkan pendidikan adalah
petani, buruh dan masyarakat umum agar lebih baik dalam berkarya (praktek),
berpengetahuan dan yang paling penting adalah lebih semangat dan lebih giat
untuk bekerja. (AHM)
Selama ini masyarakat hanya diberikan pelatihan dan
pendidikan untuk mengenal huruf-huruf hija’iyah dan kemampuan baca al-Qur’an
namun karena kami menyadari bahwa di Kecamatan kami masih banyak pokok poin
yang lebih penting untuk diperhatikan sehingga pemahaman sejatinya lebih
dikembangkan juga untuk warga sekitar, tidak hanya terbatas pada kemampuan
membaca al-Qur’an.
Dari masalah tersebut, kami dari unsur pemuda Kabupaten
Bulukumba mengupayakan konsep pendidikan non formal melalui Rumah Nalar untuk
beberapa fungsi antara lain; Taman Bacaan Masyarakat, Lembaga Kajian Keilmuan,
Taman Pendidikan Islam untuk Anak, pelatihan kekaryaan untuk seluruh lapisan
masyarakat desa. Tujuannya antara lain; perbaikan mental anak, pemantapan
kekaryaan dan pengentasan buta aksara.
Baca juga :
1. Alas Pikir Pembentukan
Rumah Nalar
2. Konsep Bangunan Rumah
Nalar
4. Lokasi dan Struktur
Lembaga