Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Materi ke-3 Pelatihan Penulisan Cerita Rakyat bersama Alfian Nawawi di Kebun Literasi Rumah Nalar

Minggu, 12 Oktober 2025 | Oktober 12, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-10-12T14:10:11Z


Bulukumba, 10 Oktober 2025 — Suasana sore di Kebun Literasi Rumah Nalar dipenuhi semangat para peserta Kelas Penulisan Cerita Rakyat. Kegiatan ini menghadirkan Alfian Nawawi, S.I.Kom, penulis buku “Samindara: Antologi Cerita Rakyat dari Bumi Panritalopi”, sebagai narasumber ketiga dalam rangkaian pelatihan Sastra Berjejak yang diselenggarakan oleh TBM Rumah Nalar.

Kelas yang berlangsung pada Jum’at, 10 Oktober 2025 pukul 13.30–15.15 WITA ini mengangkat tema “Menggali dan Menulis Cerita Rakyat Lokal: Dari Tradisi ke Buku”. Dalam paparannya, Kak Alfian menekankan pentingnya rasa hormat terhadap narasumber lokal serta etika dalam menulis dan mendokumentasikan cerita rakyat.
“Setiap kisah yang dituturkan bisa diolah jadi karya tulis yang hidup dan bisa diakses siapa pun, dari buku sampai media digital,” ujarnya, mengawali sesi pelatihan.

Materi yang disampaikan mencakup:

  • Pemahaman dasar cerita rakyat — pengertian, bentuk, dan nilai moral yang terkandung di dalamnya.

  • Teknik riset lapangan, meliputi persiapan tema, wawancara dengan narasumber, dokumentasi audio-visual, serta verifikasi lintas versi cerita.

  • Etika dan hak narasumber, termasuk cara meminta izin, mencantumkan sumber, dan menjaga keaslian isi cerita tanpa mengubah makna budaya.

  • Langkah menulis dari catatan lapangan ke draft cerita, dengan struktur narasi yang memuat pembuka, konflik, dan penutup bernilai moral.

  • Revisi dan editing, agar bahasa sesuai kaidah, alur tetap logis, dan karya mengandung nilai budaya yang utuh.

  • Produksi karya konvensional dan digital, mulai dari buku, komik, hingga konten audio-visual seperti video cerita rakyat di platform digital.

Peserta tampak antusias mengikuti sesi ini. Beberapa di antaranya aktif bertanya tentang cara mewawancarai penutur tua di kampung, hingga teknik mengubah hasil wawancara menjadi narasi yang menarik dan tetap autentik.
Suasana diskusi hangat, santai, namun penuh makna. Banyak peserta mengaku termotivasi untuk segera menggali cerita rakyat dari desanya masing-masing dan menuliskannya dalam bentuk buku atau konten digital.

Di akhir kegiatan, Kak Alfian menutup dengan ajakan inspiratif:

“Menulis cerita rakyat itu 50% mendengar, 30% menulis, dan 20% merevisi. Kuncinya adalah kepekaan dan kesabaran mendengar kisah orang tua kita.”

Kegiatan ini menjadi salah satu bagian penting dari rangkaian Kelas Penulisan Cerita Rakyat yang digelar oleh TBM Rumah Nalar di Kebun Literasi Rumah Nalar, Desa Anrang, Kecamatan Rilau Ale, Kabupaten Bulukumba — sebuah gerakan literasi yang tak hanya menulis, tetapi juga menghidupkan kembali identitas budaya lokal melalui kisah rakyat.



×
Berita Terbaru Update