Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Materi Pertama Kelas Penulisan Cerita Rakyat: Merawat Ingatan, Menulis Ulang Identitas Desa Anrang

Jumat, 10 Oktober 2025 | Oktober 10, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-10-11T15:50:36Z



Suasana Kebun Literasi Rumah Nalar pada Kamis, 9 Oktober 2025, dipenuhi semangat belajar yang hangat dan penuh inspirasi. Sebanyak 30 peserta dan 15 panitia mengikuti Kelas Penulisan Cerita Rakyat yang digelar oleh TBM Rumah Nalar sebagai bagian dari program Sastra Berjejak: Kelas dan Pementasan Cerita Rakyat Desa Anrang.

Kegiatan ini menghadirkan Yunita Sari, S.Pd Ketua TBM Attirongnge Kabupaten Sinjai, sebagai narasumber pertama, dengan Eka Kurnia bertindak sebagai moderator. Dalam kelas ini, peserta diajak menyelami bagaimana cerita rakyat bukan sekadar dongeng, tetapi catatan hidup yang menuturkan sejarah, budaya, dan nilai-nilai moral masyarakat setempat.

Yunita Sari membuka cakrawala peserta tentang pentingnya menggali dan menuliskan kembali kisah-kisah lokal agar tidak hilang ditelan modernitas. Ia mengajak peserta untuk menjadi penulis yang merekam denyut nadi desanya sendiri — menuturkan kisah lama dengan cara baru yang tetap menghormati akar kearifan lokal.

Melalui pemaparannya, peserta diajak memahami bahwa setiap cerita rakyat menyimpan lapisan makna: sejarah yang menjadi pondasi, budaya yang memberi warna, dan nilai-nilai lokal yang menjadi kompas moral kehidupan masyarakat. Arus pengetahuan lokal mengalir deras sore itu, menyatukan ingatan masa lalu dengan semangat masa kini untuk melestarikan identitas budaya Anrang.

Kutipan Materi Narasumber (Yunita Sari)

“Cerita rakyat adalah jendela sejarah tak tertulis. Ia merekam cara hidup, keyakinan, dan perubahan yang pernah terjadi di masyarakat kita.”

“Setiap kisah lokal adalah mozaik yang menyatukan sejarah, budaya, dan nilai moral. Dengan menulis ulang cerita rakyat, kita sesungguhnya sedang menulis ulang identitas bangsa.”

“Nilai-nilai seperti gotong royong, rasa hormat kepada alam, dan kejujuran tidak diajarkan secara teoritis — tetapi melalui kisah yang diwariskan dari mulut ke mulut.”

“Anak muda hari ini harus menjadi penjaga dan penerus kisah leluhur. Tulis ulang dengan caramu sendiri, tetapi jangan hilangkan akarnya.”

“Cerita rakyat bukan sekadar nostalgia, melainkan sarana membangun kohesi sosial, memperkuat akar budaya, dan menanamkan etika kemanusiaan.”

Materi yang dibawakan oleh Yunita Sari ini menjadi pembuka cakrawala pelatihan penulisan cerita rakyat di Desa Anrang yang didukung oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa melalui Bantuan Pemerintah untuk Komunitas Literasi tahun 2025. Kelas ini menjadi pondasi awal bagi peserta untuk memahami hakikat dan struktur cerita rakyat, sebelum nantinya memasuki tiga materi lanjutan yang akan memperdalam keterampilan peserta dalam menulis, mendramatisasi, dan mendokumentasikan cerita rakyat secara kreatif dan kontekstual.


×
Berita Terbaru Update